FKM Unhas Hadirkan Peneliti Senior Australian National University Bahas Pemetaan Spasial Tuberkulosis Dan Diabetes Melitus Di Indonesia

banner 120x600
banner 468x60

TEBO – // Jurnalis.online // Departemen Epidemiologi FKM Unhas Gelar Kuliah Tamu: “Unraveling The Spatial Patterns of Tuberculosis and Diabetes Mellitus in Indonesia,” Rabu (13/11/2024).

Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) sukses menyelenggarakan kuliah tamu dengan topik “Unraveling The Spatial Patterns of Tuberculosis and Diabetes Mellitus in Indonesia”. Acara ini menghadirkan dua narasumber terkemuka, yaitu Dr. Matthew Kelly dari National Centre for Epidemiology and Population Health (NCEPH), Australian National University (ANU), serta Indra Dwinata, MPH, dosen sekaligus Ketua Departemen Epidemiologi FKM Unhas. Kuliah tamu berlangsung pada Senin, 11 November 2024, pukul 10.00-11.00 WITA di Ruang Prof Nur Nasry Noor K225 FKM Unhas dan diikuti secara daring melalui Zoom.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendiseminasikan hasil riset kolaborasi antara FKM Unhas dan NCEPH ANU melalui program Future Research Talent (FRT). Acara dimoderatori oleh Dian Sidik Arsyad, MKM, dan dibuka secara resmi oleh Dekan FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, Ph.D. Dalam sambutannya, Prof. Sukri menekankan pentingnya pembahasan topik ini mengingat tingginya prevalensi kasus Tuberkulosis (TB) dan Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia. “Topik ini sangat relevan dengan upaya penanggulangan penyakit kronis di Indonesia,” ujarnya.

Tantangan Epidemiologi: Beban Ganda Penyakit di Indonesia.

Dr. Matthew Kelly memaparkan bahwa Indonesia tengah menghadapi tantangan beban ganda penyakit (double burden of disease) yang disebabkan oleh tingginya angka penyakit menular seperti TB serta penyakit tidak menular (PTM) seperti DM. “Transisi epidemiologi di Indonesia ini memerlukan perhatian lebih dalam pengelolaan kesehatan masyarakat, terutama dalam prioritas pendanaan dan pelatihan tenaga kesehatan,” jelas Dr. Kelly.

Menurut data yang dipaparkan, di Jakarta pada periode 2017-2019, sekitar 20% pasien TB ditemukan juga menderita diabetes, sementara 12% dari pasien diabetes yang disaring terdeteksi memiliki TB. “Model estimasi menunjukkan bahwa hingga 20% kasus TB di Indonesia berkaitan dengan diabetes,” tambahnya. Hal ini menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dalam manajemen komorbiditas TB-DM untuk meningkatkan efektivitas pengendalian TB di Indonesia.

Strategi Manajemen Komorbiditas TB-DM.

Indra Dwinata, MPH, menyoroti bahwa manajemen komorbiditas TB-DM memerlukan studi kohort yang fokus pada area tertentu guna memahami interaksi resistensi obat pada pasien. “Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi tantangan pengobatan pada pasien dengan penyakit ganda ini, serta mendesain kebijakan kesehatan yang lebih tepat sasaran,” ungkapnya.

Pentingnya skrining dua arah antara TB dan DM juga disoroti dalam kuliah tamu ini. Skrining dua arah, yaitu skrining TB pada pasien DM dan sebaliknya, dapat meningkatkan deteksi dini. Penelitian operasional dan mix-method sangat diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas program skrining yang ada serta memahami hambatan dalam pelaksanaannya.

Kontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Topik kuliah tamu ini relevan dengan SDGs ke-3, yaitu “Kehidupan Sehat dan Sejahtera”. Target 3.3.2 untuk mengakhiri epidemi TB dan target 3.4 untuk mengurangi angka kematian dini akibat PTM dapat dicapai melalui pemetaan spasial. Pemahaman distribusi geospasial penyakit dapat membantu merumuskan kebijakan kesehatan yang lebih efisien dan efektif.

“Pemetaan spasial memungkinkan identifikasi daerah dengan prevalensi tinggi, sehingga intervensi lebih terarah dapat dilakukan,” jelas Indra. Selain itu, pemahaman mengenai hubungan antara lingkungan dan pola makan dengan prevalensi DM akan membantu mengurangi mortalitas prematur melalui upaya pencegahan yang lebih baik.

Antusiasme Akademisi dan Mahasiswa.

Kuliah tamu ini dihadiri lebih dari seratus peserta yang terdiri dari dosen dan mahasiswa program S1, S2, dan S3 FKM Unhas, baik secara luring maupun daring. Tingginya partisipasi ini menunjukkan antusiasme akademisi terhadap isu kesehatan masyarakat yang krusial.

Acara ini tidak hanya memperkaya wawasan tentang epidemiologi spasial, tetapi juga membuka peluang kolaborasi riset lebih lanjut antara Unhas dan ANU, yang diharapkan dapat memperkuat upaya penanggulangan penyakit kronis di Indonesia.

Liputan : Zulfan

banner 325x300